Dzikir

“Hai orang orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan, bertasbihlah kepada-Ku diwaktu pagi dan petang.” (QS Al-Ahzab : 41-42 ).
Allah SWT senantiasa menyanjung dan memuji hamba-hambanya yang selalu berdzikir. Dzikir adalah ruh dari perbuatan baik sebagai bentuk ketaatan menjalani perintah-Nya. Sebuah perbuatan yang baik jika tidak disertai dzikir, maka ia adalah laksana tubuh yang tidak mempunyai ruh. Tubuh yang tidak mempunyai ruh, maka ia dinamakan sebagai mayat. Mayat tak lebih berharga pula, maka dia disebut bangkai.
Allah telah menegaskan berulang-ulang bahwa kesuksesan dalam beribadah dan kebahagiaan itu terkait dengan memperbanyak mengingat-Nya. Maka, janganlah kamu sekali-kali lupa kepada perintah-perintahnya itu. “Dan, sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS Alaraaf : 205). “Sesungguhnya, perumpamaan orang orang yang berdzikir kepada Allah itu dan orang-orang yang tidak berdzikir kepada-Nya adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.” (H.R Abu Musa).
Shalat, puasa, berhaji, dan berjihad hingga ibadah-ibadah sunnah lainnya haruslah senantiasa disertai pula dengan dzikir kepada-Nya: “… Dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.” (QS Al-jumu’ah : 10).
“Perumpamaan rumah yang disebut dengan nama Allah di dalamnya dan rumah yang tidak disebut dengan nama Allah di dalamnya adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.” (HR Imam Muslim).
Maka, sesungguhnya mereka yang berdzikir itu ibaratnya seperti orang yang hidup dalam rumah kehidupan dengan penuh pancaran cahaya dari ALLAH . Sedangkan, orang yang lalai berdzikir kepada Allah itu seperti orang yang mati dalam rumah kematian. Jasad orang yang lalai berdzikir kepada Allah adalah kuburan bagi hati mereka, dan hati mereka itu seperti mayat yang ada dalam kuburan.
Orang yang senantiasa tidak lalai mengingat Allah di kala duduk dan berbaring, di kala pagi dan petang, sesungguhnya mereka telah hidup sesuai dengan firman dan petunjuk Allah SWT. Merekalah orang yang beruntung menjalani hidup di dalam rumah kehidupan dunia yang penuh berbagai cobaan dan ujian sebelum kematian sesungguhnya datang menghampiri. karena dari kematian itulah awal kehidupan kita yang sebenarnya, segala bentuk perbuatan kita akan diminta pertanggung jawabannya, untuk itu marilah kita selagi nyawa masih menyatu didalam raga, kita terus memperbanyak amal ibadah shalih kita kepada Allah, memperbanyak untuk berdzikir kepada-NYA, untuk mendekatkan diri dan mengingatkan kita akan kematian yang sewaktu-waktu menghampiri kita karena kematian adalah teman yang paling setia menemani diri kita dimanapun kita berada, wallahu’alam bishowab.

By faisal kartika yudha Dikirimkan di Islah

Tinggalkan komentar